oleh : Prasetiyono Hari Mukti
Suatu hari, dalam sebuah kegiatan Training for Trainer (TFT) yang diselenggarakan oleh sebuah institusi, ada hal menarik yang saya dapatkan. Bukan dari materinya, dan bukan pula kegiatannya. Tapi dari seorang peserta lainnya.
Saat itu dalam sesi perkenalan, kami menyebutkan nama dan aktivitas kami satu per satu. Dan sampailah gilirannya pada seorang peserta. Beliau adalah seorang guru Al-Quran di sebuah lembaga pendidikan islam. Saat itu belum ada hal yang menarik perhatian saya. Kemudian masuk pada sesi motivasi mengikuti TFT tersebut. Saat itu barulah ada hal menarik yang saya dapatkan dari beliau. Hal menarik dari aktivitasnya selain sebagai guru Al-Quran.
Apakah itu, Sahabat? Di luar dugaan, ternyata beliau memiliki "hobby" yang sangat menarik. "Hobby" memberikan taushiyah secara tabligh dalam bis kota. Sebuah aktivitas yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya, kecuali pada orang-orang yang meminta "sumbangan" dalam moda transportasi umum itu. Tapi beliau ini unik. Lain daripada yang lain. Ketika melihat kondisi bis kota tersebut memungkinkan untuk menjalankan "hobby"nya tersebut. Beliau langsung ke depan dan meminta izin kepada supir bis itu untuk "berceramah". Kontan saja penumpang dalam bis kota itu terkejut. Namun, karena ketulusan dalam bertaushiyah itu, penumpang pun banyak yang memberikan apresiasi pada beliau.
Tidak hanya itu, sahabat. Beliau pun terkadang menyengajakan diri untuk membonceng temannya ketika menggunakan motor. Sehingga saat beliau melihat ada bis kota yang bisa menjadi "target" menyalurkan "hobby"nya tersebut, beliau menyerahkan motornya itu kepada temannya untuk kemudian menjemput beliau di tempat perhentian bis berikutnya untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat kerjanya.
Hingga pada akhirnya, beliau bertekad setelah mengikuti TFT itu untuk membuat pelatihan-pelatihan bagi para mubaligh agar bisa dan berani menyampaikan ilmunya dengan cara yang benar dan tepat di manapun mereka berada. Semoga Allah memberkahinya..
Subhanallah.. Sebuah perngalaman dakwah yang tidak akan terlupakan dalam pikiran saya. Sebuah penyadaran tentang hakikat dakwah yang sebenarnya. Bukan aktivitas dakwah yang memang sudah berada dalam kondisi "nyaman" tapi aktivitas dakwah yang berada pada kondisi "terancam". Ini hakikat dakwah yang sesungguhnya.
Diri inipun jadi berpikir. Telah sekian lama berada di jalan ini. Tapi ternyata tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan aktivitas beliau. Meskipun dalam ranah yang sama yaitu tablig. Tapi ternyata beliau lebih berani karena menyampaikan dalam kondisi yang "belum terkondisikan". Berbeda dengan diri ini yang lebih pada aktivitas tabligh yang "telah terkondisikan".
Yaa Allah.. Berkahilah amalan kami ini...
Suatu hari, dalam sebuah kegiatan Training for Trainer (TFT) yang diselenggarakan oleh sebuah institusi, ada hal menarik yang saya dapatkan. Bukan dari materinya, dan bukan pula kegiatannya. Tapi dari seorang peserta lainnya.
Saat itu dalam sesi perkenalan, kami menyebutkan nama dan aktivitas kami satu per satu. Dan sampailah gilirannya pada seorang peserta. Beliau adalah seorang guru Al-Quran di sebuah lembaga pendidikan islam. Saat itu belum ada hal yang menarik perhatian saya. Kemudian masuk pada sesi motivasi mengikuti TFT tersebut. Saat itu barulah ada hal menarik yang saya dapatkan dari beliau. Hal menarik dari aktivitasnya selain sebagai guru Al-Quran.
Apakah itu, Sahabat? Di luar dugaan, ternyata beliau memiliki "hobby" yang sangat menarik. "Hobby" memberikan taushiyah secara tabligh dalam bis kota. Sebuah aktivitas yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya, kecuali pada orang-orang yang meminta "sumbangan" dalam moda transportasi umum itu. Tapi beliau ini unik. Lain daripada yang lain. Ketika melihat kondisi bis kota tersebut memungkinkan untuk menjalankan "hobby"nya tersebut. Beliau langsung ke depan dan meminta izin kepada supir bis itu untuk "berceramah". Kontan saja penumpang dalam bis kota itu terkejut. Namun, karena ketulusan dalam bertaushiyah itu, penumpang pun banyak yang memberikan apresiasi pada beliau.
Tidak hanya itu, sahabat. Beliau pun terkadang menyengajakan diri untuk membonceng temannya ketika menggunakan motor. Sehingga saat beliau melihat ada bis kota yang bisa menjadi "target" menyalurkan "hobby"nya tersebut, beliau menyerahkan motornya itu kepada temannya untuk kemudian menjemput beliau di tempat perhentian bis berikutnya untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat kerjanya.
Hingga pada akhirnya, beliau bertekad setelah mengikuti TFT itu untuk membuat pelatihan-pelatihan bagi para mubaligh agar bisa dan berani menyampaikan ilmunya dengan cara yang benar dan tepat di manapun mereka berada. Semoga Allah memberkahinya..
Subhanallah.. Sebuah perngalaman dakwah yang tidak akan terlupakan dalam pikiran saya. Sebuah penyadaran tentang hakikat dakwah yang sebenarnya. Bukan aktivitas dakwah yang memang sudah berada dalam kondisi "nyaman" tapi aktivitas dakwah yang berada pada kondisi "terancam". Ini hakikat dakwah yang sesungguhnya.
Diri inipun jadi berpikir. Telah sekian lama berada di jalan ini. Tapi ternyata tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan aktivitas beliau. Meskipun dalam ranah yang sama yaitu tablig. Tapi ternyata beliau lebih berani karena menyampaikan dalam kondisi yang "belum terkondisikan". Berbeda dengan diri ini yang lebih pada aktivitas tabligh yang "telah terkondisikan".
Yaa Allah.. Berkahilah amalan kami ini...
1 komentar:
assalamu'alaikum.. salam kenal
subhanalloh, pertemuan yang menarik dengan orang2 seperti mereka.
oya, pelatihan buat mubaligh yang beliau adakan dmn?
Posting Komentar