Pages

Subscribe Twitter

Kamis, 21 Mei 2009

WANTED : Akhwat Sejati Dalam Dakwah

DALAM buku Ummatuna Baina Qarnain, DR Yusuf Al-Qaradhawi menyebutkan sejumlah kegagalan kaum muslimin sepanjang abaci 20. Salah satunya adalah kegagalan dalam masalah perempuan. Kegagalan kaum muslimin pada masalah ini cukup berat. Kita terjebak pada dua sikap ekstrim;
berlebihan dan ceroboh atau antara dua kejahiliahan. Kita melihat sebagian kaum muslimin mengekang kaum hawa. Mereka dilarang mengendarai kendaraan atau bekerja di luar rumah. Mereka juga memasung hak-hak politik perempuan. Bahkan ada di suatu negeri, Kaum perempuan tidak
memiliki hak pilih dalam PEM1LU. Apalagi mencalonkan diri sebagai anggota parlemen. Anehnya, pemasungan hak perempuan ini dilakukan atas nama Islam dan hukum syariah.

Di sisi lain realitas ekstrim berbeda muncul ke permukaan yakni pembebasan perempuan yang berlebihan dari kaum liberalis muslim. Mereka sangat bersemangat meniru budaya Barat dan mengikuti filsafat liberalisme mereka tanpa seleksi. Kemanapun barat melangkah mereka mengikutinya sampai 'lubang biawak' sekalipun. Kita melihat dan menjadi saksi bagai-mana mereka kini berkembang pesat dalam berbagai hal. Cara berfikir, berperilaku, mode pakaian, kosmetik, hubungan lawan jenis, pcrtunangan dan perkawinan.

Secara nyata kini, di negeri kita Indonesia saja, mereka menampakkan pembe-rontakan lerhadap lembaga suci per-kawinan dan hukum-hukum Islam. Mereka berjuang lewat Counter Legal Draft—Kompilasi Hukum Islam (CLD KHl). Perkawinan yang berasaskan ibadah diubah menjadi sekedar ikatan kontrak sosial. Kaum laki-laki juga dituntut memiliki masa 'iddah, usia pernikahan dibatasi di atas 21 tahun, para wali nikah menjadi tidak wajib keberadaannya, wanita boleh menjadi menikah sendiri tanpa wali, poligami diharamkan tapi nikah mut'ah dihalalkan, nikah beda agama diperbolehkan dan sebagainya.

Di sinilah akhwat mujahidah berdiri. Di dua jalan berliku yang tajam. Di sini pula kemudian akhwat mujahidah harus menajamkan pandangan atas permasalahan ummat Islam. Masalah yang sangat krusial dan multidimensi. Dakwah dalam pandangan para akhwat harus jauh menembus batas tembok tembok rumah mungil yang asri. Dimana setiap hari, para akhwat menjadi ratunya, menyambut kedatangan suami dengan senyum lalu menikmati teh sepanjang sore. Pandangan akan tantangan ruang besar dakwah juga harus menembus batas-batas kekinian. Para akhwat tidak boleh merasa puas dengan keadaan rumah yang nampak aman. Ia harus jauh memikirkan bagaimana kehidupan anak-anaknya kelak. Ia harus menjamin keselamatan akhlak dan kondisi masyarakat saat anaknya tumbuh dewasa. Seorang aktivis pernah ditanya, mengapa ia begitu semangat menyela-matkan anak-anak jalanan. Aktivis itu menjawab, "Anak jalanan ibarat bola salju kejahatan. Sepuluh tahun lagi mereka akan menjadi berandal dan penjahat. Saya takut anak-anak saya htdup di zaman seperti itu”

Para akhwat harus jeli melihat kewajiban dan perannya yang multidimensi. Ia tidak boleh terjebak dalam satu sisi yang ditawarkan "ingin bebas" atau "ketergantungan". Akhwat harus mampu memandang permasalahan amanah dakwah tidak sebatas membina keluarga saja, tapi juga masyarakat secara umum.

>>Masalah Kesiapan Akhwat

Oleh karena itu dibutuhkan kesiapan para kahwat untuk menjalani peran mereka yang multidimensi. Ustadzah Nursa-nita Nasution, ME membcrikan
gambaran seperti apa bentuk kesiapan yang dibutuhkan.

Pertama, kesiapan pribadi saat menghadapi gejolak kehidupan. Ini kesiapan yang paling sederhana, tapi mendasar. Bagaimana mungkin akhwat bisa disebut tangguh jika ia labil saat menghadapi gejolak diri. Apalagi jika kemudian jatuh ke dalam arus-arus negatif yang mem-bahayakan..

Setiap manusia pastidihadirkan berbagai cobaan dan ujian. Tinggal cara menyikapi-nya. Para akhwat yang tangguh tentunya harus selalu menemukan formulasi penyelesaian dari setiap masalah. Saat ia gagal dalam menikah, tidak frustasi lalu menyalahkan murabbiyah dan jamaah. Lalu melakukan hal-hal yang kekanak-kanakan, "ana ingin menjalani proses ini sendiri tanpa ada tanganjamaah" misalnya. Begitu juga saat mengalami kesulitan keuangan, jangan kemudian ia kehilangan kendali dan kontrol diri.

Para akhwat harus sadar bahwa mereka memiliki banyak tiang untuk berpegangan, banyak telinga untuk mendengar permasalahan dan banyak tangan yang akan menolong. Selama ia masih berpegangan pada ikatan kuat komunitas, maka sebenarnya tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Tanpa kesiapan menghadapi gejolak diri mustahil para akhwat bisa menjalankan peran mereka yang multidimensi.

Kedua, siap dari segi pemikiran. Maksudnya, mengusahakan agar pendapatnya bisa diterima masyarakat. Bahkan tidak sekedar merespon tapi mempercayakan setiap masalah untuk dipe-cahkan oleh kader dakwah. Sebagaimana firman Allah, "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidakperkara yang mereka perse-lisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan menerima dengan sepenuhnya." (Qs: An-Nissa: 65). Jika ini sudah terwujud maka kesiapan ini mendukung terlaksananya peran akhwat di masyarakat yang lebih luas.

>>Karakter Utama Akhwat Sejati

Akhirnya diperlukan sosok akhwat yang mampu menanggung beban berat peran dakwah. Dimana sejumlah karakter yang diidamkan dakwah terwujud dalam diri para akhwat mujahidah. Karakter tersebut antara lain:

>>Kepribadian yang kuat;

Pribadi yang kuat tak lain adalah wujud dari tertanamnya nilai-nilai Syakhsiyah Islamiyah yang dalam. Sebab wujud keimanan dan ketaqwaan selalu menghasilkan kepribadian manusia yang utuh. Sempurna antara ucapan dengan per-buatan. Seseorang yang memiliki pribadi yang kuat pasti akan menjadi keteladanan bagi orang lain

>>Keberanian dan keper-cayaan diri.

Buah utama dari keimanan adalah keberanian dan kepercayaan diri penuh. Seorang akhwat yang memiliki sifat ini tidak akan gentar dan takut menghadapi berbagai kritik dan cempoh yang menimpa. Apalagi saat pilihan itu sudah tepat menurut Islam. Ia senantiasa kokoh tanpa ragu kala harus membuat keputusan-keputusan pentmg.

>>Berfikir rasional dan sistematik, memiliki kemam-puan intelektual dalam mengkritik, mengevaluasi, membangun, menantang dan memilih.

Kemampuan ini terbangun umumnya jika terbiasa dalam iklim tandzim (organisasi) yang rapi. Seluruh kemampuan diri dalam segi aqliyah terbentuk seiring perkembangan dan pengalaman yang ia raih bersama gerakan dakwah. Ia paham benar mana prioritas, mana asesoris. Yang mana esensi, yang mana bung-kus. Ia memahami konsep gerakan dakwah secara komprehensif bukan juz'iyah. Pada saat harus mengkritik, ia sampaikan mana yang mem¬bangun dan membuang yang kontraproduktif.

>>Kemandirian.

Di sinilah kemudian wujud utuh ketang-guhan seorang akhwat sejati diuji. Sebab kemandirian adalah tujuan pembinaan diri. Mura¬bbi, mentor, pembina, guru tidak lain adalah stimulus dan pemberi inspirasi atas setiap gerak dan ucap saat ia sendiri. Kita harus paham bahawa diri kitalah yang paling bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Bukan orang lain. Jadi, kemandirian harus menjadi karakter yang terbangun dalam diri kader dakwah. Tidak ada pilihan untuk menjadi cengeng! Wallahu a'lam.[byk]

~Maaf panjang lagi... tapi butuh untuk dakwah.. :)

===========Al-Izzah Edisi 10/Th.4/Nov 2004 M==========

Download ebook - ebook bertemakan akhwat :

~Wanita dalam Al-Qur'an - Hasan Al Banna
~Risalah Untuk Ukhti Muslimah - Sayid Qutb
~Risalah Untuk Wanita Mukminah - Ramadhan AlButy

Download ebook dahsyat lainnya di : http://yahdisiradj.blogspot.com/2009/05/free-ebook-islami-e-book-islami-gratis.html
adsense kotak


0 komentar:

Posting Komentar